Headlines News :
Home » » Walking With Cavemen ( Lucy and Mytries Of Afarensis… )

Walking With Cavemen ( Lucy and Mytries Of Afarensis… )

Written By DONdikr on 08 November 2009 | 07.51

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup saya membeli DVD asli. Biasanya, nunggu ada sharing-an di Torent atau Copas dari warnet. Kuliah benar-benar membuat saya untuk menghargai hasil karya cipta manusia. Walaupun berat rasanya. Kuliah membuat saya menolak anggapan ”Bajakan halal untuk pendidikan” oh sungguh ironis. Ya semoga Tuhan memberikan rahmat dan keberkahan dari ini semuanya.
Berawal dari tidak masuk kuliah padahal hari itu ada pemutaran film. Jadi harus rela beli sendiri DVD. Katanya sih cuman 19.000 rupiah doang. Busyet ternyata 39.000 –an. Ok. Kita tonton filmya.

Walking with Cavemen. Seri Pertama CD 1.
Australapithicus afarensis. Kera pertama yang diykaini menjadi cikal bakal nenek moyang manusia. Yang bahkan sang narator tidak yakin bahwa itu adalah nenek moyangnya karena dia menyebutkan ”inilah nenek moyang anda dari 300 ribu generasi yang lalu.” busyet anda. Kita kalik. Ya sudahlah. Kembali ke topik. Jadi sekitar 3,5 juta tahun silam hiduplah seekor kera yang bisa jadi adalah nenek moyang manusia (menurut BBC). Why ? because, kera ini dapat berdiri dan berjalan dengan dua kaki. Wuih ajaib gak se. sebelumnya mah kagak ada kera yang kayak gini. Yang namanya kera dulu itu ya bergelantungan, seperti kebanyakan sekarang. Tapi kenapa kera satu ini bisa berdiri tegap dan berjalan ? Karena dunia yang berubah. Berubah ? berubah gimana ?

Ok. Kita menuju masa sebelum Aferensis. Sekitar 8 juta tahun silam. Afrika. Masa ketika nenek moyang lucy dan species lainnya hidup. Waktu itu bumi afrika masih subur dan dipenuhi dengan hutan belantara yang memungkinkan kera hidup disana. Apa yang terjadi dengan hutan inilah menjadi kunci rahasia kera dapat berjalan dengan dua kaki. Lantas kenapa dengan hutan Afrika ? Kebakaran ? ato pembalakan liar ? tentu bukan. Yang terjadi adalah disebrang sana, bagian bumi bawah laut mengalami pelebaran. Bumi sendiri sedang bergerak dengan kecepatan pertumbuhan kuku. Berubahlah wajah bumi. Yang kemudian terjadi pembentukan bebatuab terbesar didunia bernama Himalaya. Nah, gunung ini berpengaruh besar terhadap cuaca dibumi, yang menyebabkan terjadi badai dan hujan paling dhsyat dibumi adalah karena kemunculan gunung ini. Nah, akibat dari hujan dahsyat itu, kelembapan dibumi jadi menipis. Afrika yang tadinya udaranya basah menjadi kering. Nah lho! Inilah yang menjadikan hutan hujan menyusut. Dan parahnya lagi, akibat bergeraknya bumi tadi, di bagian afrika terjadi patahan yang luas (Lembah Rift). Berubahlah habitat di daerah ini. Mulai dari hewan kecil hingga menyusui harus dan wajib menyesuaikan diri. Nah, karena hutan sudah tidak ada lagi kera ini terpaksalah lebih sering berada ditanah. Nah, dari situlah mereka mulai terbiasa berdiri tegak. Selain itu, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan lain, pemburu yang mungkin mengganggu kenyaman mereka. Atau sekedar melindungi diri dari bahaya. Aferensis hidup berkelompok dengan satu pemimpin. Sedang untuk menjadi pemimpin dia harus membantu kelompok tersebut. Namun hidup tidak selalu ramah dan bersahabat. selalu ada persaingan yang harus mengorbankan. Bahkan orang tercinta. 1974 di Afar, Etiopia, para ilmuwan menggali fosil Lucy yang membuka tabir misteri dari kera menuju manusia.

Perjalanan belum brakhir kawan. Generasi berikutnya adalah di 2 juta tahun silam. Inilah saat penting dalam kisah ini, Persimpangan Evolusi Manusia. Pada masa ini ada beberapa kera yang hidup di Afrika. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cuaca yang mengatur iklim didaerah tersebut. Tidak hanya kera yang berbagai jenis. Tumbuhan dan hewan lainpun beraneka ragam. Afrika menawarkan banyak alternatif makanan untuk hidup. Makanan ini menjadi kunci beragamnya manusia kera pada saat itu. Dan mungkin salah satunya adalah nenek moyang manusia. Tapi yang manakah ?

Peranthopus Boisei.
Kera jenis ini mirip dengan Gorilla. Mereka juga hidup berkelompok dengan satu pemimpin yaitu pejantan. Pemimpin menetukan siapa yang berhak bergabung dengan kelompoknya, keputusan pemimpin sangat otoriter. Boisei ini juga pandai beradaptasi. Dengan cerdik ia merubah apa yang ada disekitarnya menjadi makanan. Dengan otot pipi yang kuat, rahang yang besar serta 4 geraham yang 4 kali lebih besar dari geraham kita membuat boisei dapat mengunyah tumbuhan yang keras seperti akar bambu. Dimusim kemarau ini, tumbuhan bambulah yang tumbuh subur. Sehingga Boisei sukses bertahan. Dan banyak sekali waktu untuk berkembang biak atau seks. Boisei lebih sering memanfaatkan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga/ kelompok untuk berkembangbiak. Makanya pemimpin kelompok ini memiliki lebih dari satu pasangan. Dan lebih suka hidup nyaman dalam sebuah rumah tangga.

Homo Habilis
Musim kemarau menjadi saat paling berat bagi Habilis. Kekuasaan pemimpin tergantung dari bagaimana ia mampu menemukan makanan. Begitu juga dengan pasangan. Sang betina akan setia kepada pasangan jika sang jantan masih mampu memberikan makan yang cukup baginya. Hal ini membuat Habilis mati-matian berjuang unutk mendapatkan makanan dan menjadi pemakan apa saja untuk mempertahankan hidup. Keadaan seperti ini membuat Habilis juga memiliki rasa ingi tahu yang tinggi sehingga mereka mampu mengenali lingkunnya. Hingga menemukan trik baru untuk mempertahankan hidup atau mencari makan. Kebiasaan mereka memakan daging membuat otak mereka lebih besar dibanding Boisei, sehingga Habilis juga mampu mewujudkan terobosan baru dalam mencari makan. Kapak Batu, inilah yang membukan akses Habilis untuk mendapat lebih banyak dan beragam makanan.


Boisei dan Habilis menerapkan dua cara berbeda untuk bertahan hidup. Habilis pemakan segala. Dan Boisei ahlai dalam satu hal. Boisei mungkin Sangay sukses dengan gaya hidup mereka, Namur, keberhasilan itu hanya jira dunia tidak berubah. Sedangkan Afrika saat itu sedang membendtuk dirinya. Cuaca dan lingkungan tidak selalu sama. Hal ini menimbulkan Boisei terperangkan dalam perubahan ini, yang akhirnya punah karena tak siap menghadapinya. Walaupun memang mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan, tapi mereka belum cukup dalam menghadapi perubahan.

Berbeda dengan Boisei, Habilis lebih siap menghadapi perubahan. Rasa ingin tahu dan sikap menerima mereka membuat mereka mampu menciptakan terobosan baru. Habilis juga mampu memahami dan mengenal lingkungannya.

Kesimpulan :
  • Untuk maju dan berkembang. Kita tidak bisa diam dan menikmati keadaan. Kita harus terus membuat terobosan-terbosan baru. Persaingan memang selalu ada. Tapi kerja keras dan belajar dari pengalaman akan menjadikan kita lebih matang.
  • Dia yang memimpin adalah dia yang berguna bagi mereka.
Share this article :

7 komentar:

  1. waduh mas, hari gini kok masih percaya teori evolusi....DARWIN'S EVOLUTION THEORY IS DEATH...semua telah dimentahkan oleh karya2 HARUN YAHYA...sebagai contoh...kenapa sampai sekarang kera tidak berubah jd manusia? dan ada penemuan mengejutkan baru-baru ini diketemukannya ikan choleachant yg hidup jutaan tahun lalu sebelum manusia dan sampai sekarang tidak berubah dan masih hidup...jangan mau dibohongin guru sejarah mas... kalo ga percaya silahkan cari dari mbah google ttg harun yahya dan kebohongan teori evolusi.. thanks

    BalasHapus
  2. :) Q masih cupu juga se Mas...
    mencoba mengkaji dari sudut ilmiah...

    Masyarakat islam terlalu "Nrimo" sama Wahyu Tuhan. Sehingga tidak muncul dorongan untuk mengkaji lebih dalam tentang Ilmu Pengetahuan. Dan akhirnya sekarang, dalam Ilmu pengetahuan KITA ngekor sama Barat. :) Mohon bimbingannya...

    BalasHapus
  3. pengetahuan secara ilmiah tidak selamanya selalu benar, manusia hanya mencoba mengkaji sejarah2 yang mungkin tidak masuk akal yang terjadi masa silam sampai menemukan kaitan-kaitan yang mungkin terjadi sampai sekarang.tapi gimana dengan nabi adam?? manusia yang pertama kali allah turunkan ke bumi,yang saya tau manusia pertama kali tingginya mencampai 3 meter, dan sekarang berevolusi sampai manusia yang tinginya hanya beberapa cm saja,,itulah evolusi terjadi beribu2 abadnya yang saya kira

    BalasHapus
  4. cok harun yahya, ngakak abis, harun yahya dgn buku dongengnya dibandingin ama karya ilmiah teori evolusi yg udah teruji dan di peer review ama ilmuwan diseluruh dunia, sampai sekarang pun belum ada yg bisa meruntuhkan konsep teoir evolusi, coba itu si harun yahya suruh bikin paper, jurnal ilmiah, baru tingkat seminar aja uda rontok paling, muslim oh muslim...

    BalasHapus
    Balasan
    1. dilarang menghujat agama lain kawan šŸ˜Š

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  5. Makasih gan, sangat membantu tugas sekolah :")

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Semeru Blogger Community - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template